BAGAIMANA KITA BISA MENGHINDARI BIAS KOGNITIF DAN MEMBUAT KEPUTUSAN YANG LEBIH BAIK DI SETIAP ASPEK KEHIDUPAN?

Pada dasarnya, orang yang paling rasional rawan mengalami kesalahan, nggak hanya orang yang rasional, orang pintar pun juga mengalami kesalahan tersebut. Namun nggak usah berkecil hati, karena itulah indahnya menjadi manusia dengan segala ketidaksempurnaanya.

Di bukunya yang berjudul “The Art of Thinking Clearly”, Rolf menuliskan 99 kesalahan umum berpikir yang biasanya kita alami dalam kehidupan sehari-hari. Walaupun kita sudah tau kesalahan umum tersebut, bukan berarti kita bisa menghindari masalah itu. Namun, berdasarkan itu kita selanjutnya bisa membuat keputusan yang lebih baik. Si Kutu Buku merangkumnya menjadi 5 hal menarik dalam buku ini.

1. SURVIVORSHIP BIAS

Kita seringkali melakukan kesalahan logika ini, yaitu selalu berfokus pada orang-orang yang sukses saja, dan mengabaikan yang gagal. sehingga kita mengambil kesimpulan yang salah.

Kita suka dengan cerita zero to hero, misalnya dari bermain band jalanan kemudian sukses bermusik dan terkenal di seluruh dunia. Cerita sukses ini bagus agar kita berjuang dan terus berusaha, tapi harus diingat satu orang yang berhasil bukan berarti 1 juta orang lainnya bisa dengan mudah meniru apa yang orang sukses ini lakukan dan mendapatkan hasil yang sama.

Hal yang sering kita perhatikan adalah faktor keberuntungan di dalam hidup orang sukses yang kita kagumi. Bias pikiran ini sering kita lihat dalam investor dan pengusaha. misalnya, kita lihat ada investor saham sukses seperti Lo Kheng Hong dan dijuluki sebagai Warren Buffet Indonesia. 

Tidak masalah kalau cerita Pak Lo menginspirasi kamu dan membuat kamu ingin mencoba menjadi investor saham, tapi yang kemudian jadi masalah adalah kamu selalu membandingkan progres yang kamu lakukan dengan hasil yang telah dicapai oleh Pak Lo. Hal ini jadi berbahaya kalau kamu menduga kesuksesan kisah orang dari zero to hero bisa dengan mudah kamu tiru dan menghasilkan hasil yang sama.

Mungkin contoh lain adalah banyak orang bercita-cita ingin jadi content creator seakan-akan ini merupakan cara cepat untuk kaya, karena melihat banyak anak usia muda terus jadi content creator dan sukses. Padahal tidak semudah itu, apabila kita mau lihat realita yang sebenarnya masih banyak ribuan orang yang mencoba tapi gagal.

2. SUNK COST FALLACY

Sunk Cost Fallacy adalah kecenderungan orang untuk terus bertahan dalam kondisi yang buruk walaupun kondisi di masa depan sulit membaik.

Hal ini disebabkan karena orang tersebut sudah menginvestasikan uang tenaga dan cinta. Contoh paling umum adalah pasangan yang menolak putus atau cerai walaupun berada dalam hubungan yang toxic dan abusive.

Biasanya mereka menolak untuk move on karena merasa sudah menghabiskan banyak waktu dan energi bersama. Hal lain yang menyebabkan pasangan ini menolak untuk pisah karena takut dianggap gagal, tentu saja tidak ada orang yang ingin dicap kalau dia membuat keputusan yang buruk.

Egonya yang besar malah membuat dirinya masuk ke dalam lubang kegelapan yang semakin dalam. Menariknya semakin lama seseorang berada dalam kondisi yang buruk maka akan semakin sulit orang untuk move on.

Tentu saja alasannya karena orang tersebut sudah menginvestasikan waktu yang begitu lama jadi berharap keadaan akan membaik, yang tentu saja tidak akan pernah menjadi kenyataan. 

Sama halnya ketika seorang investor menaruh saham pada perusahaan yang kinerjanya nya buruk, investor ini tentu saja berharap agar kinerja perusahaan itu membaik padahal kenyataannya malah sebaliknya. walaupun pilihan yang logis adalah cutloss tapi dia merasa rugi. 

Jadi investor itu tetap bertahan pada perusahaan yang kondisinya buruk hingga akhirnya urusan itu bangkrut.

3. CONFIRMATION BIAS

Confirmation Bias adalah kecenderungan seseorang untuk mencari informasi yang mendukung pemikiran atau prinsip yang dianut sebelumnya, dan menyingkirkan fakta yang bertentangan.

Contoh paling gampang untuk melihat hal ini adalah saat pemilihan presiden 2014 dan 2019. Di ke-2 pemilihan ini mayoritas masyarakat terbagi menjadi dua kubu, kubu Jokowi dan kubu Prabowo. Setiap pendukung di masing-masing kubu tentu saja menjagokan pilihannya. Tapi seperti halnya setiap manusia, tentu saja setiap calon pasangan presiden pada masa itu ada hal yang baik dan kurang baiknya.

Pertanyaan menariknya seperti ini, “Apa yang dilakukan oleh pendukung Jokowi ketika melihat ada berita yang berisi informasi yang kurang baik tentang Jokowi?”. 

Pertanyaan yang sama juga berlaku bagi pendukung Prabowo “Apakah pendukungnya menerima informasi yang kurang baik tentang Prabowo?”. 

Tentu saja masing-masing pendukung merasa informasi tersebut adalah berita yang kurang tepat atau bahayanya mereka pikir itu hoax walaupun bersumber dari portal berita yang resmi. 

Makanya sekarang banyak masyarakat lebih percaya pada akun anonim dan influencer karena mereka memberikan pemikiran yang sependapat dengan pilihan mereka dari pada hasil cek fakta dari portal berita yang resmi. 

Bahayanya lagi algoritma pencarian internet biasanya menyesuaikan dari selera orang tersebut, jadi orang tersebut lebih sering mendapatkan informasi yang sesuai dengan pendapat mereka tanpa diseimbangkan dengan fakta lain yang tidak sependapat dengan pemikiran mereka.

4. ILLUSION OF CONTROL

Apakah kamu pernah lihat orang yang komat-kamit baca mantra ketika ambil nomor undian atau mereka tiup dadu sebelum dilempar sambil meneriakkan angkanya, kalau iya itu yang dimaksud dengan ilusi kontrol. 

Jadi ilusi kontrol adalah kecenderungan kita untuk percaya tentang hal yang bisa kita kontrol padahal tidak. Menariknya ilusi kontrol ini memberikan kita harapan jadi ketika kita gagal sekalipun kita tidak akan terlalu menderita.

Contoh lain yang menarik adalah tombol plasebo, ini adalah tombol yang kita pencet ketika kita mau menyeberang jalan. Contoh dari tombol ini bisa kita lihat di persimpangan besar di daerah pusat kota Jakarta.

Ada sebuah penelitian yang menyatakan kalau kebanyakan tombol plasebo di dunia tidak berfungsi, tapi mampu memberikan kita rasa kontrol dan membuat kita lebih sabar untuk menunggu giliran kita untuk menyebrang. 

Penelitian lain juga mendapatkan kesimpulan yang sama soal ilusi kontrol. Jadi ada dua grup yang ditempatkan di ruangan yang berbeda untuk mengetes sensitivitas pendengaran mereka, dengan suara keras yang membuat telinganya sakit.

Di grup yang tersedia tombol panic button apabila mereka sudah tidak kuat lagi ternyata memiliki ketahanan suara yang lebih kuat, padahal tombolnya itu tidak berfungsi. Tapi mereka memiliki ilusi kontrol kalau mereka bisa mengakhiri eksperimen itu sesuai keinginan mereka.

5. SOCIAL PROOF

Social Proof adalah kecenderungan seseorang untuk mengikuti perilaku mayoritas. 

Contoh dari hal ini, misalnya dalam suatu acara kemudian ada satu orang yang tepuk tangan, pasti tidak lama kemudian hampir semua orang juga ikutan tepuk tangan. Padahal awalnya mereka semua tidak ingin tepuk tangan, tapi karena ada yang mulai dan beberapa juga ikutan, akhirnya hampir semua orang juga ikut tepuk tangan.

Semua ini disebabkan kita merasa perilaku kita benar, apabila kita melakukan apa yang mayoritas lakukan. Tentu saja pemikiran seperti ini sudah mengakar jauh hingga ke zaman prasejarah. 

Coba bayangkan kamu dalam kelompok manusia purba, yang sedang berburu di hutan. Kemudian tiba-tiba saja teman-temanmu lari dengan kencang, pasti kamu juga ikut lari walaupun kamu nggak tahu apa alasannya. Yang penting kamu mengikuti apa yang kelompokmu lakukan. Tentu saja hal ini bukan tanpa alasan, Jika saja kamu tidak mengikuti apa yang teman-temanmu lakukan, dan ternyata ada singa, ya akhirnya kamu bisa meninggal dimakan singa. Tapi jika kamu mengikuti apa yang dilakukan kelompokmu, akhirnya kamu selamat. Nah cara bertahan hidup inilah yang masih diturunkan hingga sekarang, jadi kita cenderung tidak ingin terlihat berbeda. 

Manusia tidak akan lepas dari ketidaksempurnaan dalam berpikir. Mengetahui apa saja yang menjadi penyebab bias pikiran, tidak bisa membuat kamu jadi kebal, tapi membuat kamu menjadi lebih bijak dan berusaha meminimalisir dampak pikiran dalam hidupmu.

Sampai jumpa di blog selanjutnya, CHEERS!
Source: https://www.youtube.com/watch?v=2PcpI3X0PeM

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

You May Also Like

Review Buku “Who Moved My Cheese?”

“Who Moved My Cheese?” karya Spencer Johnson.  https://jemi.so/restoslot4dgacor https://heylink.me/link-alternatif-slot-pay4d/ https://linkby.tw/amintoto-link-alternatif https://naturalhistorymag.com/content/slot-gacor/ https://heylink.me/situs-slot-gacor4d-resmi-mudah-menang/…

Urfa Escort

Urfa Escort Ne Demek? Urfa ilinde hizmet veren, çoğunlukla genç ve orta…

CARA MELATIH EKSPRESI MUKA UNTUK PUBLIK SPEAKING ft. @Kang Nugie Al-Afgani

“Stop ekspresinya mana??” Aku mau membahas tentang begitu banyak orang-orang yang ketika…