Sumber gambar: https://userpeek.com

Overview

Tahukah kamu, pada umumnya para pengguna sering menganggap desain yang estetis sebagai desain yang lebih bermanfaat. Kenapa bisa dibilang lebih bermanfaat? karena desain yang estetis menciptakan respons positif di otak orang dan membuat mereka percaya bahwa desain tersebut benar-benar bekerja lebih baik. Orang-orang pun lebih toleran terhadap masalah kegunaan kecil ketika desain suatu produk atau layanan menyenangkan secara estetika. Desain yang menyenangkan secara visual dapat menutupi masalah kegunaan dan mencegah masalah ditemukan selama pengujian kegunaan.Apa kamu tahu efek dari Aesthetic Usability?  pengguna lebih toleran terhadap masalah kegunaan kecil ketika mereka menemukan antarmuka yang menarik secara visual. Efek kegunaan estetika ini dapat menutupi masalah UI dan dapat mencegah penemuan masalah selama pengujian kegunaan. Identifikasi contoh efek estetika-kegunaan dalam riset pengguna Anda dengan menonton apa yang dilakukan pengguna Anda, serta mendengarkan apa yang mereka katakan.Anda harus tahu setiap kali kita mendengar umpan balik semacam ini yang tampaknya tidak pada tempatnya, kita perlu mempertimbangkan tiga kemungkinan ini.

  • User mungkin merasakan tekanan untuk mengomentari.
  • User mungkin merasakan tekanan untuk mengatakan hal-hal baik.
  • Efek estetika-kegunaan mengganggu.

Dan setelah kami menentukan mengapa pengguna kami memberikan umpan balik positif tentang desain visual setelah pengalaman negatif, kami dapat mencoba mengatasi masalah tersebut dengan cara tekanan unruk berkomentar, dan tekanan untuk bersikap baik.”Skema Warna Hebat” Tidak Berarti Desain Visual Anda Berfungsi Ingatlah, ketika Anda mendengar umpan balik positif tentang desain visual selama sesi pengujian, itu tidak berarti bahwa desain visual Anda berfungsi. Seperti dijelaskan di atas, ada kemungkinan bahwa pengguna Anda merasa tertekan untuk berkomentar atau mengatakan hal-hal baik tentang situs Anda. Selain itu, desain visual Anda mungkin menarik, tetapi mungkin tidak mendukung kegunaanKetika itu terjadi, pengguna mungkin masih membuat komentar positif. Hierarki visual situs mungkin tidak membantu pengguna memahami kontennya, atau kurangnya penanada dapat menurunkan interaksi.

Efek Kegunaan Estetika dan Memprioritaskan Penampilan vs Fungsionalias

Dikutip dari Wikipedia bahwa efek estetika-kegunaan menggambarkan paradoks bahwa orang menganggap desain yang lebih estetis jauh lebih intuitif daripada yang dianggap kurang estetis. Efeknya telah diamati dalam beberapa percobaan dan memiliki implikasi signifikan mengenai penerimaan, penggunaan, dan kinerja suatu desain. Kegunaan dan estetika adalah dua faktor terpenting dalam menilai pengalaman pengguna secara keseluruhan untuk suatu aplikasiPara pengguna pun percaya bahwa desain yang terlihat bagus juga berfungsi dengan baik, dan UX harus memanfaatkan ini. Tapi jangan membuat kegunaan estetika menyesatkan Anda sebagai seorang desainer, karena UI harus benar-benar bekerja dengan baik untuk kesuksesan jangka panjang.

Faktor estetika

Perlu kalian tahu faktor estetika dimanipulasi dengan membedakan dalam hal kombinasi warna, tata letak visual, dan font teks, yang menentukan tingkat estetika. Menurut studi oleh Hall dan Hanna, pengguna menganggap situs web dengan kombinasi warna putih-hitam dan hitam-putih kurang menyenangkan dan merangsang daripada yang memiliki kombinasi warna non-skala abu-abu. Beberapa penelitian sebelumnya—Kurosu & Kashimura (1995), Tractinsky (1997), Tractinsky (2000)—menunjukkan efek signifikan dari tata letak visual pada estetika yang dirasakan dalam eksperimen dengan pengaturan item konten yang berbeda.Dalam sebuah percobaan menggunakan sistem kontrol robotik rumahan, Conklin (2006) menunjukkan bahwa manipulasi estetika antarmuka dengan penggunaan warna, tata letak, dan gaya font berhasil. Selain itu, McCracken dan Wolfe (2004) merekomendasikan penggunaan gaya font georgia atau verdana yang tidak bercampur dalam teks tubuh situs web daripada Times New Roman atau arial yang bercampur dalam teks tubuh. 

Mengapa produk yang tampak indah lebih disukai daripada yang dapat digunakan tetapi tidak indah?

Karena pada dasarnya desain estetika, secara umum, terlihat lebih mudah digunakan dan memiliki kemungkinan lebih tinggi untuk digunakan, apakah sebenarnya lebih mudah digunakan atau tidak. Padahal, desain yang lebih bermanfaat tetapi kurang estetis mungkin mengalami kurangnya penerimaan yang membuat masalah perdebatan kegunaan.

Selain memiliki UX yang hebat, sama pentingnya untuk memiliki UI dan Desain Visual yang hebat.

Persepsi ini bisa digunakan pengguna untuk interaksi selanjutnya dengan produk dan biasanya tahan terhadap perubahan. Studi menunjukkan bahwa kesan awal suatu produk memengaruhi sikap jangka panjang tentang kualitas dan penggunaannya.Fenomena serupa didokumentasikan dengan baik sehubungan dengan daya tarik manusia – kesan pertama orang mempengaruhi pembentukan sikap dan secara terukur mempengaruhi bagaimana orang dipersepsikan dan diperlakukan.Aesthetic Usability Effect merupakan 1 dari 20 Laws of UX dasar yang perlu untuk dipahami. Hukum ini menyatakan bahwa seseorang cenderung lebih tertarik untuk menggunakan produk yang memiliki visual yang bagus karena dianggap produk yang menarik akan lebih bermanfaat. Visual yang baik atau estetik merupakan bagian dari User Experience (UX). Oleh karenanya, penting untuk menerapkan unsur estetika dalam setiap pembuatan sebuah produk. Coba kita lihat contoh berikut.

Sumber gambar: https://miro.medium.com

Gambar disebelah kiri merupakan visual salah satu halaman aplikasi Samsat Online Nasional, sedangkan gambar disebelah kanan berasal dari aplikasi Style Theory. Tanpa menghiraukan fungsionalitas kedua aplikasi tersebut, kira-kira aplikasi mana yang akan dipilih oleh calon pengguna jika hanya dilihat berdasarkan visualnya?Aplikasi Style Theory tentu akan mendapatkan perhatian lebih dari calon pengguna. Hal ini dapat dilihat dari layout informasi yang diberikan oleh aplikasi Style Theory lebih informatif. Kita mengetahui mana yang menjadi judul dari halaman tersebut, mana yang merupakan isi informasi yang ingin disampaikan hingga diberikan ilustrasi yang membantu kita ikut merasakan pesan yang ingin disampaikan, serta ditunjang dengan pemilihan warna yang tepat untuk target penggunanya.Lalu bagaimana dengan aplikasi Samsat Online Nasional? Coba perhatikan pemilihan warna yang digunakan dalam aplikasi tersebut. Pemilihan warna dasar biru muda dengan tulisan warna merah terasa kurang nyaman jika dilihat terus menerus, selain itu penggunaan kombinasi kedua warna ini memiliki tingkat readibility yang rendah (3.41). Begitu juga dengan penggunaan warna merah pada tombol tidak setuju dan warna kuning untuk labelnya, kombinasi kedua warna ini juga memiliki tingkat readibility yang lebih rendah (2.77). Bahkan ini tidak terlihat seperti sebuah button yang bisa diklik oleh penggunanya. Typography yang digunakan pun tidak menjelaskan kepada penggunanya, mana yang merupakan judul halaman, isi halamannya atau sesuatu yang bisa diklik di halaman tersebut. Maka, dari kedua gambar tersebut dapat disimpulkan bahwa aplikasi Style Theory menerapkan Aesthetic Usability Effect’s Law sedangkan aplikasi Samsat Online Nasional tidak menerapkannya.Setelah memahami contoh pertama, apakah sudah memahami tentang implementasi Aesthetic Usability Effect’s Law atau masih bingung? Okay, untuk bisa lebih memahaminya mari kita coba lihat contoh kedua dibawah ini.

Sumber gambar: https://miro.medium.com

Kedua tampilan diatas merupakan website yang memiliki fungsionalitas yang sama, yaitu digunakan untuk menonton film. Mari coba kita ingat kembali, ketika kita datang ke bioskop warna apa yang digunakan dalam ruang tersebut? Warna hitam sebagai warna utama ruangan, warna putih sebagai layar bioskop, dan warna merah sebagai bangku penonton. Dan jika diperhatikan, kedua website tersebut juga menggunakan warna dominan hitam dan putih yang artinya mencerminkan keadaan sesungguhnya ketika kita menonton film di bioskop. Bahkan website Lk-21 menggunakan warna merah, artinya ketiga warna dominan bioskop digunakan dalam website tersebut. Tetapi apakah hal tersebut menjadi penentu bahwa website tersebut mengadaptasi Aesthetic Usability Effect’s Law? Jawabannya belum tentu.Justru website VIU yang mengadaptasi Aesthetic Usability Effect’s Law. Mengapa? Kita lihat dari penyajian informasinya. Sebagai pengguna kita diberikan layout informasi mengenai kategori yang berbeda dihalaman utamanya. Selain itu juga bagaimana VIU menempatkan iklan pada tempat yang sesuai, sehingga yang pengguna ingat adalah rasa nyaman saat menggunakan website tersebut. Sedangkan ketika berkunjung ke halaman Lk-21 perasaan yang pengguna ingat adalah rasa kesal yang muncul karena adanya iklan dan pop up yang muncul terus-menerus.

Bagaimana penerapan unsur estetika dalam kehidupan sehari-hari?

IKEA, sebuah peritel perabot untuk rumah tangga yang berasal dari Swedia merupakan salah satu bentuk penerapan unsur estetika dalam kehidupan sehari-hari. Jika kita sedang berkunjung ke IKEA, kemudian perhatikan di sekelilingmu. Kamu akan menyadari bahwa IKEA menggunakan warna dominan putih. Dimana warna putih berarti kesederhanaan, kemurnian, transparansi dengan kata lain IKEA dapat mencerminkan apa yang kamu inginkan untuk memberikan rasa nyaman di rumah.

Sumber gambar: https://miro.medium.com

Dengan memperhatikan unsur estetika, khususnya dengan menerapkan Aesthetic Usability Effect’s Law ini, menjadikan suatu produk akan terlihat lebih bermakna dan bermanfaat bahkan jika sebenarnya tidak lebih efektif. Karena suatu produk dengan visual yang memiliki unsur estetika yang baik dapat memicu suatu emosi positif yang berfungsi untuk mendukung dan meningkatkan konten maupun fungsionalitas suatu produk. Efek lain yang ditimbulkan dengan nilai estetika yang berfungsi dengan baik yaitu membuat pengguna lebih memaklumi adanya bug minor pada saat melakukan Usability Testing. Namun, tentu perlu diingat bahwa unsur estetika hanya dapat menutupi kekurangan-kekurangan kecil. Oleh karenanya keseimbangan antara interface dan experience yang baik tetap harus menjadi hal yang utama.

Asal

Asal muasal dari efek estetika-kegunaan pertama kali dipelajari di bidang interaksi manusia komputer pada tahun 1995. Pada tahun itu para peneliti Masaaki Kurosu dan Kaori Kashimura dari Hitachi Design Center menguji 26 variasi UI ATM, dan meminta 252 peserta studi untuk menilai setiap desain berdasarkan kemudahan penggunaan, serta daya tarik estetika. Mereka menemukan korelasi yang lebih kuat antara peringkat daya tarik estetika peserta dan kemudahan penggunaan yang dirasakan daripada korelasi antara peringkat daya tarik estetika mereka dan kemudahan penggunaan yang sebenarnya. Bahkan Kurosu dan Kashimura pun menyimpulkan bahwa pengguna sangat dipengaruhi oleh estetika antarmuka tertentu, bahkan ketika mereka mencoba mengevaluasi fungsionalitas yang mendasari sistem.

Sumber :

https://lawsofux.com/en/

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

You May Also Like

Case Study : Empty-States in Payments

Empty State atau Data Kosong Elemen Empty State dibutuhkan saat suatu halaman tidak bisa…

UX Perspective

Pernah gak sih kalian terpikirkan kenapa icon komputer dan label pada windows…